
KEMARAU part1
KEMARAU
(Mengaji Kitab AA Navis)
Oleh Dr. Nunu Burhanuddin
Alkisah di suatu kampung pada setiap pagi dan sore para petani memandang langit untuk memantau apakah hujan akan turun atau tidak? Setelah kolam dan sawah mulai merekah, mulailah mereka berpikir untuk mencari peruntungan agar kolam dan sawahnya bisa kembali dipenuhi air. Beberapa orang pergi ke dukun, tapi dukun itu tidak bisa berbuat apa-apa walaupun setumpukan sabut kelapa dipanggang bersama sekepal kemenyan. Tak juga keramat mantra dukun itu, barulah mereka pergi munajat kepada Tuhan. Mereka kemudian pergi setiap malam ke masjid melaksanakan shalat sembari mengangkat tangan tinggi-tinggi meminta hujan. Tapi hujan pun tak kunjung turun! Mereka lihat kembali kolam dan sawah yang mengering, dan tak setetes pun hujan turun membasahi bumi. Untuk membunuh rasa putus asa, mereka kemudian duduk bersantai ria main domino, kartu gapleh, atau kartu koa di lapau-lapau dengan canda kering, sekering sawah dan kolamnya.
KEMARAU part2
KEMARAU
(Mengaji kitab AA Navis, the series part 2)
Dr. Nunu Burhanuddin
Lanjutan dari kisah yang diangkat Ali Akbar Navis cukup menguras emosi pembaca. Sutan Duano mendapati sepucuk surat yang dikirim Masri, anaknya di Surabaya, memberitahukan tentang pernikahannya dengan gadis pujaan bernama Arni. Sutan Duano tersentak membaca surat yang dikirim anak semata wayangnya yang hilang dua puluh tahun lalu.
MEMBACA KEMBALI DUA SYAHADAT
MEMBACA KEMBALI DUA SYAHADAT
(Mengaji Kitab Sirr al-Asrar Al-Jilani)
Oleh Dr. Nunu Burhanuddin
Dalam kitab al-Barjanzi karangan Syeikh Al-Barjanzi disebutkan kalimat “Anta Syamsun anta Badrun, Anta Nurun Fauqa Nurin: Engkaulah Matahari, engkaulah rembulan, engkau-lah cahaya di atas cahaya”. Kalimat romantik seperti ini banyak disusun olah para ulama, terutama kalangan sufi di dunia Islam. Ini bentuk pujian sekaligus pengakuan atas keutamaan sosok manusia pilihan yang bernama Muhammad Saw